Kita bertemu dan terlempar ke masa lalu
Mengenang kisah-kisah yang tak bisa membuat kita bersatu
~
Ketika itu mati lampu
Ketakutan tidak memberiku pilihan kecuali meneriakkan namamu
Kau datang menjagaku dalam kantuk
Debar tersemai saat itu, tumbuh menjelma siluetmu
Indah dalam gelap
~
Saat mengantarku pulang sebuah lagu kau perdengarkan
dan kita berputar memperpanjang rute jalan hanya untuk mengulangnya bersama
Tiba-tiba aku meremas lenganmu
Ada ancaman di mata-mata sapi dengan tanduk-tanduk tajamnya
Kikuk, remasan itu melunak menjadi genggaman dan bergerak turun ke telapak tangan
Hingga tiba
~
Sengatan listrik di ujung jemari membuat kita candu
Sembunyi-sembunyi kita tautkan dalam gelap di tengah pemutaran film saat serempak mengambil berondong jagung
Sengatan itu sampai ke kepala dan merombak ulang pemikiran, cita-cita, semua yang rapi kususun
– bukan bersamamu
Pandangan yang kita curi satu sama lain
Sentuhan-sentuhan yang kita cari-cari waktunya
Gambar hati yang buru-buru kau hapus dari punggung tanganmu sesaat setelah aku iseng mencoretkannya
Dari semua itu kita tahu ‘kita tak dapat bersatu’
walau bersamamu bagai sebuah mimpi terwujud bagiku
Merasakan cinta yang jatuh dan sadar harus pupus pada akhirnya
Andai bisa kubeli waktu
Aku ingin ribuan detik retrouvailles bersamamu
140524
@kekasihpuisi
Malam Puisi Palembang #9